Era pandemi covid-19 belum berakhir, begitupula dampak yang ditimbulkan dari pandemi ini. Kebiasaan manusia sedikit demi sedikit mulai berubah. Mulai dari cara berinteraksi, berkomunikasi, melakukan kegiatan jual-beli, hingga cara mengelola keuangan. Salah satu hal yang lagi nge-trend akhir-akhir ini adalah “saham”. Anak muda mulai berfikir untuk mulai berinvestasi ke instrumen tersebut. Sebagian besar memulai trend tersebut karena melihat idola/influencer panutan mereka membagikan pengalaman mendapat “cuan” dari saham. Tentu saja memulai berinvestasi atas landasan melihat orang lain mendapatkan cuan bukanlah hal yang bijak. Termasuk jatuh kedalam pusaran trend main saham karena ikut-ikutan.
Gak usah buru-buru
Menurut saya, investsi saham itu bukanlah sesuatu yang harus kamu mulai secepat mungkin. Ada beberapa hal yang perlu kamu persiapkan sebelum mulai terjun kedunia persahaman. Tentu saja saya bukanlah orang yang expert di bidang ini, tapi saya beruntung bisa memulai dengan bimbingan teman dan referensi yang tepat sebelum benar-benar yakin untuk berinvestasi di saham. Bahkan saya butuh 6 bulan untuk belajar dan meyakinkan diri sendiri untuk berinvestasi saham. Saya orang yang cukup skeptis dan tidak terlalu mudah menaruh uang ke instrumen investasi.
Ubah dulu tuh mindset mu tentang “main saham” jadi “investasi saham”
Pada dasarnya, sesuatu yang diniati dengan main-main akan berakhir dengan anda yang dipermainkan. Istilah main saham itu menurut saya dan sebagian orang seperti membeli sebuah saham atas dasar trend, keberuntungan, dan gambling. Padahal, saham itu sesuatu yang ada ilmunya dan kita memang harus pelajari dulu dasarnya. Kata investasi berarti kita menabung uang kita untuk jangka panjang/ long-term. Jadi, sebelum mulai terjun ke dunia persahaman ini, ubah dulu deh mindset tersebut.
Belajar dari berbagai referensi
Nah, mungkin ini bakal jadi sesuatu yang merepotkan jika kamu malas, enggak sabaran, mudah terpancing trend. Terlebih lagi, enggak semua orang punya background pedidikan ekonomi, finance atau semacamnya. Tapi menurut saya, belajar juga merupakan sebuah investasi yang penting. Membeli buku ataupun mencari tau di internet juga merupakan sebuah investasi material maupun waktu. Segala sesuatu yang dipersiapkan pun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang kita inginkan, apalagi kalau enggak dipersiapkan. Jadi mending santai saja dulu sambil nyicil-nyicil belajar mengenal investasi saham lebih dalam. Banyak hal yang bisa dipelajari dulu kayak bagaimana cara kita membaca laporan keuangan perusahaan, memilih saham dengan analisis fundamental maupun teknikal, dan lain-lain. Enggak usah kemakan sama omongan orang buat segera bikin rekening dana investasi dan mulai beli saham.
Santai saja, lebih baik merendah lalu meroket keatas kan, daripada langsung terbang tinggi trus malah nyungsep.
Udah belajar, brarti udah bisa nih langsung terjun ke saham?
Eits, siap dalam knowledge bukan berarti bisa langsung mulai investasi saham. Kita butuh uang/money pastinya. Uang disini bukan sekedar uang biasa, tapi ada financial plan yang harus disiapkan terlebih dahulu. Kita perlu siapin dulu tuh yang namanya dana darurat. Dana darurat adalah dana yang dipersiapkan untuk keadaan genting atau darurat (emergency). Fungsi dana darurat sendiri itu sebagai dana cadangan dan untuk pengeluaran tak terduga. Misal nih, tiba-tiba kamu kehilangan pekerjaan, nah dana darurat itu bisa kamu fungsikan sebagai dana cadangan buat kamu hidup sementara. Atau kalau misalkan motor kamu tiba-tiba rusak, kamu bisa pakai dana daruratmu sebagai pengeluaran tak terduga.
Kalau dalam dunia financial, dana darurat itu kayak pondasi dalam perencanaan keuangan. Besarnya dana darurat itu dari beberapa referensi yang saya baca antara 6 kali sampai 12 kali biaya hidupmu dalam satu bulan. Jadi misalkan gajimu Rp. 7 juta/bulan, trus biaya hidup satu bulan Rp. 4 Juta maka dana darurat yang kamu miliki setidaknya ada 24 juta (4 juta x 6). Punya dana darurat sebelum kamu mulai berinvestasi itu adalah fondasi yang kuat. Dan ingat ya, dana darurat itu enggak bisa kita sentuh sembarangan untuk kebutuhan yang sifatnya tidak darurat. Jadi kalau bisa sih dibuatkan rekening tersendiri untuk dana darurat. Kamu bisa simpan dana darurat ke berbagai insrumen yang sifatnya liqud (mudah dicairkan), contohnya itu tabungan, deposito dan reksadana pasar uang.
Trus apakah kita bisa menabung untuk dana darurat sekaligus mulai berinvestasi?
Jawabannya adalah ya, bisa. Yang paling penting adalah kamu punya rencana keuangan yang jelas sih, kembali lagi ini buat diri kamu sendiri. Sebagai contoh, gajimu 7 juta, kamu pakai buat biaya hidup 4 juta, nah sisanya kan 3 juta tuh, bisa kamu pakai 2 juta untuk nabung dana darurat, dan 1 juta buat kamu investasi. Ingat, jangan pernah berinvestasi menggunakan uang panas, dalam hal ini adalah uang yang harusnya kita gunakan untuk biaya hidup/ kebutuhan primer ataupun uang hasil pinjam. Selalu gunakan uang yang sudah kita bagi sesuai dengan keadaan finansial masing-masing (tiap orang pasti beda). Tujuan investasi itu buat mempermudah kehidupan kita dikemudian hari, jadi jangan malah bikin kita jadi susah.
Dari tulisan saya ini, bisa kita simpulkan garis besarnya jika kita ingin berinvestasi ke saham, maka hal yang perlu kita siapkan itu:
1. Knowledge tentang investasi itu sendiri, termasuk bagaimana kita menilai produk saham yang baik
2. Financial plan dan rencana investasi yang jelas
3. Keadaan finansial yang sehat
Ribet banget emang, tapi itu cara yang bijak supaya kita engak berada di posisi susah dikemudian hari. Investasi saham itu bukan soal dulu-duluan, bukan soal ikut-ikutan trend, akan tetapi tentang bagaimana kamu udah siap secara knowledge, plan maupun money. Ketika udah mulai pun kita bakal tetep belajar karena saham itu sesuatu yang sangat dinamis (harga bisa naik turun dalam hitungan detik).
Selamat belajar :)